INFORMASI :

Selamat datang di website Kelurahan Tamanwinangun, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen

Narasi Sejarah Kelurahan Tamanwinangun

Narasi Sejarah Kelurahan Tamanwinangun

SEJARAH KELURAHAN TAMANWINANGUN

Sebelum berstatus sebagai kelurahan seperti sekarang ini, wilayah Tamanwinangun merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Jalan-jalan yang melintas di kawasan ini menjadi bukti bahwa Tamanwinangun adalah wilayah yang indah dan damai. Jalan Cendrawasih, yang terletak di sebelah utara, menjadi batas dengan Kelurahan Panjer. Sementara itu, Jalan Kejayan menghubungkan wilayah ini ke selatan dan menjadi akses vital di Kabupaten Kebumen.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para sesepuh dan tokoh masyarakat, diketahui bahwa Tamanwinangun dahulu menjadi tempat bermukim para ulama Islam. Mereka kemudian membentuk komunitas-komunitas kecil yang dikenal dengan sebutan pedukuhan. Setiap pedukuhan membawa nama sesuai tokoh atau cerita asalnya, yaitu:

  1. Dukuh Pesantren
  2. Dukuh Tamanan
  3. Dukuh Kebanaran (Ki Banar)
  4. Dukuh Kemangunan (Ki Mangun)
  5. Dukuh Kasaran (Syekh Abu Basyar)
  6. Dukuh Gesing (Syekh Trunojoyo)

Menariknya, hingga kini di setiap pedukuhan tersebut masih terdapat situs peninggalan bersejarah yang sering dikunjungi untuk kegiatan ziarah, terutama pada bulan Ruwah.

Asal Usul Pedukuhan

Konon, dahulu wilayah Tamanwinangun merupakan hutan lebat yang gelap dan tidak berpenghuni. Untuk menetapkan batas-batas wilayah antar pedukuhan, para ulama bermusyawarah dan sepakat membakar hutan tersebut. Ketika api padam, batas-batas wilayah ditentukan berdasarkan area yang terbakar, dan pedukuhan dinamai sesuai dengan tokoh perintisnya. Berikut penjelasan singkat tentang masing-masing pedukuhan:

1. Dukuh Pesantren

Merupakan tempat para santri menuntut ilmu agama Islam yang bercorak tradisional. Dipimpin oleh Mbah Kyai Zam-Zam, seorang ulama dari luar daerah yang diduga memiliki garis keturunan dari Keraton Mataram Islam.

2. Dukuh Tamanan

Dipimpin oleh Mbah Kyai Taman, seorang ulama besar dan tokoh yang sangat dihormati pada masanya.

3. Dukuh Kasaran

Dinamai dari Syekh Abu Basyar, seorang tokoh agama yang dikenal di kawasan tersebut.

4. Dukuh Gesing

Dinamai dari Sunan Geseng atau Syekh Trunojoyo, seorang ulama yang terkenal karena ketawadukannya. Ia rela membakar tubuhnya sebagai bentuk penghormatan kepada gurunya, hingga tubuhnya menjadi "geseng" (hitam legam).

5. Dukuh Kebanaran

Didirikan oleh Ki Banar, seorang ulama yang dikenal karena kekuatan fisiknya dan keahliannya dalam ilmu kanuragan. Wilayah ini menjadi pedukuhan terluas, mencakup hampir sepertiga dari wilayah yang ada.

6. Dukuh Kemangunan

Dikenal sebagai wilayah Ki Mangun, seorang ulama yang kalem dan lebih fokus pada pendalaman ilmu agama. Meski wilayahnya tidak seluas Kebanaran, beliau memiliki peran besar dalam membentuk karakter religius di masyarakat.

Asal Usul Nama Tamanwinangun

Karena hubungan yang sangat harmonis antar tokoh ulama tersebut, mereka sepakat untuk menyatukan seluruh pedukuhan dalam satu nama: Tamanwinangun. Nama ini diambil dari dua kata, yaitu:

  • Taman, yang berarti anugerah atau keindahan dari Tuhan untuk manusia.
  • Winangun, yang berarti membangun, menciptakan, atau memperbaiki.

Dengan demikian, Tamanwinangun dapat dimaknai sebagai "anugerah dari Tuhan yang harus dibangun bersama, baik secara lahir maupun batin, menuju kehidupan yang sejahtera dan abadi."

Peralihan dari Desa Menjadi Kelurahan

Seiring waktu dan dengan mempertimbangkan luas wilayah, jumlah penduduk, serta potensi sumber daya manusia, Desa Tamanwinangun resmi berubah status menjadi Kelurahan Tamanwinangun pada tahun 1982 dengan Lurah pertama H. Surip. Peralihan ini juga menjadikan perubahan pada struktur organisasi dimana seluruh perangkat keluirahan berasal dari Pemerintah Kabupaten Kebumen serta Kepala Lingkungan yang membantu menjalankan roda pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

Penutup

Demikianlah sejarah singkat Kelurahan Tamanwinangun. Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus membangun Tamanwinangun yang hakiki—mewujudkan kebersamaan, meningkatkan partisipasi masyarakat, dan membawa harum nama Tamanwinangun ke tingkat yang lebih tinggi.

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar Ke Twitter

Arsip Berita

Statistik Pengunjung